Ilustrasi kebijakan fiskal. Foto Karolina Grabowska/PexelsTiap negara pastinya memiliki sistem ekonomi yang berbeda-beda, salah satunya ialah kebijakan fiskal. Lalu, apa itu fiskal pada kebijakan perekonomian suatu negara?Pemerintah menggunakan fiskal sebagai bentuk pendapatan negara yang dikumpulkan dari masyarakat misalnya diperoleh dari pajak yang dibayarkan rakyatnya. Dengan demikian kebijakan ini merupakan salah satu faktor yang membentuk ekonomi suatu negara. Pengertian Kebijakan FiskalMengutip dari buku Kebijakan Fiskal dan Moneter Teori dan Empirikal karya Wayan Sudirman 2017, pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah atau pimpinan sebuah negara untuk mengatur kondisi keuangan dan pendapatan negara. Kebijakan fiskal berfungsi untuk mengarahkan ekonomi suatu negara dengan mengubah atau memperbarui pengeluaran dan pemasukan menurut Otoritas Jasa Keuangan, definisi kebijakan fiskal adalah kebijakan tentang perpajakan, penerimaan, utang piutang, dan belanja pemerintah dengan tujuan ekonomi dapat disimpulkan bahwa pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan mengenai perpajakan, pendapatan, dan pengeluaran yang diambil pemerintah demi menjaga pemasukan dan pengeluaran negara tetap stabil sehingga perekonomian negara bisa bertumbuh baik. Tujuan Kebijakan FiskalSebagai suatu kebijakan ekonomi, kebijakan fiskal tentunya memiliki tujuan. Berikut beberapa tujuan dari kebijakan fiskal, yakniMeningkatkan produksi nasional lewat pendapatan domestik bruto PDBMeningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki keadaan kestabilan kondisi ekonomi dari suatu negara secara angka pengangguran atau mengusahakan kesempatan kerja bagi kestabilan harga-harga secara umum dan khususnya mengatasi bentuk dari pemerataan dan pendistribusian mewujudkan keadilan sosial bagi kebijakan fiskal. Sumber PexelsJenis Kebijakan FiskalKebijakan fiskal terdiri dari beberapa kategori dan sub kategori. Adapun jenis-jenis kebijakan fiskal, Secara TeoritisSecara teori, kebijakan fiskal Indonesia memiliki tiga jenis, yaitu kebijakan fiskal fungsional, kebijakan fiskal terencana, dan kebijakan fiskal insidental. A. Kebijakan Fiskal Fungsional Kebijakan fungsional meningkatkan kualitas perekonomian pada tingkat makro yang efeknya hanya dapat dilihat dalam jangka panjang. Misalnya pemberian beasiswa perguruan tinggi, bantuan keuangan awal, dan Kebijakan Fiskal yang Disengaja atau Terencana Kebijakan fiskal yang terencana ini yang memanipulasi anggaran negara. Fungsi dari kebijakan fiskal ini untuk menangani masalah-masalah tertentu, seperti epidemi dan krisis ekonomi. Misalnya alokasi APBN untuk sektor kesehatan selama Kebijakan Fiskal yang Tidak Disengaja atau Insidental Kebijakan yang melindungi stabilitas ekonomi sektor non-pemerintah dalam bentuk keputusan atau aturan, seperti penetapan harga eceran Secara PenerapanKebijakan fiskal biasanya dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan tujuan, yakni sebagai berikutA. Kebijakan Fiskal EkspansifKebijakan ini merupakan paling banyak digunakan di banyak negara untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Jenis kebijakan ini biasanya dimanfaatkan ketika angka pengangguran semakin tinggi dan atau saat periode siklus bisnis sedang dari kebijakan fiskal ekspansif ialah agar dapat memberikan uang kepada masyarakat. Dengan begitu masyarakat dapat menggunakan uang tersebut untuk melakukan kegiatan ekonomi sehingga akan merangsang laju ekonomi Kebijakan Fiskal KontraktifKebijakan fiskal kontraktif umumnya yang jarang digunakan. Tujuannya adalah untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membasmi inflasi. Dampak jangka panjang dari inflasi dapat merusak standar hidup masyarakat akibat ini dilakukan dengan cara memperketat atau mengurangi pengeluaran atau aktivitas belanja negara dan meningkatkan pajak. Dengan begini, angka inflasi diharapkan dapat dikontrol dengan fungsi kebijakan fiskal? Apa saja yang masuk dalam kebijakan fiskal? Apa fungsi fiskal bagi negara?KebijakanFiskal Tak Disengaja. Merupakan suatu Kebijakan untuk mengendalikan kecepatan siklus bisnis supaya tidak terlalu stabil ( fluktuatif). Dalam kondisi depresi, kebijakan ini dimaksudkan untuk menambah aktivitas kegiatan ekonomi yang terjadi. Sedangkan dalam keadaan inflasi, kebijakan ini akan mengurangi aktivitas tersebut.
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal adalah dua kebijakan yang diterapkan di banyak negara, termasuk Indonesia. Keduanya memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap perekonomian suatu negara. Meski pada dasarnya berbeda, kedua kebijakan ini berperan untuk menstabilkan ekonomi negara yang terindikasi bermasalah. Meskipun dua kebijakan ini memiliki peran yang sama dalam menstabilkan perekonomian, tetapi bentuk dan penerapannya jauh berbeda. Definisi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sebagai berikut 1. Kebijakan Fiskal Ini merupakan kebijakan yang hanya bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur kestabilan ekonomi negara melalui pengendalian atas penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Penerimaan pemerintah dalam hal ini bisa berupa pajak yang diambil dari masyarakat. Penerimaan berupa pajak tersebut kemudian dikeluarkan untuk membuat program yang bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dan negara, serta kestabilannya. 2. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter sendiri dilakukan oleh bank sentral dalam mengatur persediaan uang yang beredar agar mencapai kestabilan internal, eksternal, serta stabilitas ekonomi. Kestabilan tersebut bisa berupa pertumbuhan ekonomi, neraca pembayaran, serta neraca pembayaran internasional. Langkah-langkah yang dilakukan oleh bank sentral adalah dengan menetapkan suku bunga serta mengendalikan jumlah uang yang beredar agar nilainya tetap stabil. Tujuan dari Kebijakan Fiskal dan Moneter Adapun, tujuan dari menerapkan kebijakan fiskal dan moneter adalah sebagai berikut 1. Tujuan Kebijakan Fiskal Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk meningkatkan jumlah lapangan kerja yang ada dalam suatu negara, serta mengurangi jumlah pengangguran. Selain itu, kebijakan fiskal yang dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan pajak adalah untuk menambah produksi nasional. Kenaikan dan penurunan pajak juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki keadaan ekonomi yang lesu. Dengan begitu, kestabilan harga barang yang dibutuhkan masyarakat secara umum tetap terjaga. 2. Tujuan Kebijakan Moneter Sementara itu, tujuan dari kebijakan moneter yang utama ada empat, yaitu Pertama, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan melakukan pemerataan untuk mempertahankan keseimbangan kebutuhan perekonomian dengan stabilitas untuk memperluas kesempatan kerja. Ini berkaitan dengan penaikan suku bunga yang membuat investor memanfaatkannya untuk melakukan produksi dalam jumlah tinggi, sehingga membuka peluang menjaga kestabilan neraca pembayaran internasional. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter Pada Perekonomian Kebijakan fiskal dan moneter punya dampak pada perekonomian suatu negara, yakni 1. Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Perekonomian Kebijakan menaikkan dan menurunkan pajak yang dilakukan pemerintah sangat berpengaruh terhadap perekonomian negara. Saat terjadi inflasi, pemerintah akan menaikkan tarif pajak. Dengan naiknya tarif tersebut otomatis jumlah investasi akan menurun. Sementara saat ekonomi memburuk, tarif pajak akan diturunkan sehingga pertumbuhan inflasi bisa tumbuh cepat. Akibatnya pertumbuhan ekonomi semakin membaik, dan negara memperoleh penerimaan yang besar. 2. Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Perekonomian Salah satu bentuk instrumen kebijakan moneter adalah berkaitan dengan suku bunga. Apabila bank sentral menaikkan suku bunga, maka banyak para penanam modal serta pelaku pasar yang tertarik untuk meningkatkan produksi mereka dengan menanam investasi. Penanaman investasi ini akan berdampak pada tingginya produksi yang dilakukan. Hal ini akan mempengaruhi banyaknya kebutuhan akan tenaga kerja, sehingga terdapat banyak lowongan kerja. Tingkat pengangguran bisa menurun seiring dengan banyaknya lowongan yang terbuka. Kondisi ini tentu berdampak baik pada pertumbuhan ekonomi negara serta masyarakat, sehingga tujuan pembuatan kebijakan terlaksana dengan baik. Well, itulah perbedaan dari kebijakan fiskal dan moneter. Semoga informasi ini bermanfaat buatmu ya!
Kebijakanyang dilakukan diantaranya: 1. menaikkan suku bunga, 2. menjual Sertifikat Bank lndonesia (SBI) 3. menaikkan cadangan kas di bank umum 4. membatasi pemberian kredit. Tujuan dari kebijakan-kebijakan tersebut adalah A. mengurangi tingkat inflasi B. menambah jumlah uang beredar C. politik uang longgar D. membuka kesempatan kerja
Skip to content BerandaFitur LengkapHargaPrivate CloudLoginCoba Gratis Apa itu Kebijakan Fiskal? Berikut Adalah Pengertiannya Secara Lengkap Apa itu Kebijakan Fiskal? Berikut Adalah Pengertiannya Secara Lengkap Pengertian Kebijakan Fiskal dan Sejarahnya Kebijakan fiskal adalah kebijakan keuangan yang dikeluarkan negara untuk memengaruhi perekonomian menggunakan pengeluaran, pendapatan, dan perpajakan. Ini digunakan bersamaan dengan kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral, dan memengaruhi perekonomian menggunakan jumlah uang beredar dan suku bunga. Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sehat. Idealnya, ekonomi harus tumbuh antara 2% -3% per tahun, pengangguran akan berada pada tingkat alami sebesar 4,7% -5,8%, dan inflasi akan berada pada tingkat target 2%. Siklus bisnis akan berada dalam fase ekspansi. Sejarah kebijakan fiskal Kebijakan fiskal tumbuh dari ide-ide John Maynard Keynes β seorang ekonom Inggris pada akhir 1800-an hingga 1900-an β yang menyatakan bahwa pemerintah harus dapat menggunakan pengaruhnya terhadap ekonomi untuk menyeimbangkan fase ekspansi dan kontraksi dari siklus bisnis. Keynes menegaskan bahwa, ketika ada aktivitas rendah dalam perekonomian, pemerintah harus memiliki defisit anggaran. Kebalikannya, selama masa aktivitas tinggi dalam perekonomian, anggaran harus surplus. Pada dasarnya, Keynes meletakkan dasar bagi kebijakan fiskal dengan menyatakan bahwa pemerintah dapat memanipulasi pengeluaran konsumen dan investor dengan memperluas atau mengontrak untuk menangkal waktu aktivitas rendah atau tinggi. Saat era depresi besar, sebagian besar kebijakan fiskal mengikuti teori ekonomi laissez-faire. Politisi percaya bahwa mereka tidak boleh mengganggu kapitalisme dalam ekonomi pasar bebas, tetapi Franklin D. Roosevelt FDR mengubah itu dengan menjanjikan Kesepakatan Baru untuk mengakhiri Depresi. Dia mengikuti teori ekonomi Keynesianisme, yang mengatakan peran kebijakan pemerintah dapat mengakhiri depresi dengan merangsang permintaan konsumen. Dia mencontohkan kebijakan fiskal ekspansif dengan pengeluaran untuk membangun jalan, jembatan, dan bendungan. Pemerintah federal merekrut jutaan, membuat orang kembali bekerja, dan mereka membelanjakan penghasilan mereka untuk barang pribadi, mendorong permintaan. FDR mengakhiri Depresi pada tahun 1934 ketika ekonomi tumbuh 10,8%. Kemudian meningkat sebesar 8,9% pada tahun 1935 dan 12,9% pada tahun 1936. Namun pada tahun 1937, FDR khawatir tentang menyeimbangkan anggaran. Dia menggunakan kebijakan fiskal kontraktif, dan memotong pengeluaran pemerintah, dan pada tahun 1938, ekonomi menurun sebesar 3,3%. Pada tahun 1939, FDR memperbarui kebijakan fiskal ekspansif untuk mempersiapkan keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II. Dia menghabiskan 30 kali lebih banyak pada 1943 untuk perang daripada pada 1933 untuk New Deal. Tingkat agresif kebijakan fiskal ekspansif mengakhiri masa depresi untuk selamanya. Baca juga Revolusi Industri Tantangan, Peluang, dan Dampaknya pada Bisnis Instrumen Kebijakan Fiskal 1. Kebijakan Perpajakan Ini adalah salah satu instrumen kebijakan fiskal yang kuat di tangan otoritas publik yang sangat memengaruhi perubahan pendapatan, konsumsi, dan investasi. Kebijakan perpajakan berkaitan dengan amandemen baru dalam pajak langsung dan pajak tidak langsung. Setiap tahun pemerintah Indonesia membuat kebijakan dalam menentukan tingkat pajak. Pemerintah dapat menambah atau mengurangi tarif pajak ini dan mengubah aturan perpajakan sebelumnya. Sumber penghasilan utama pemerintah adalah perpajakan. Tetapi lebih banyak pajak pada publik akan berdampak buruk pada perkembangan ekonomi. Jika Pemerintah. akan meningkatkan pajak, lebih banyak beban akan ditanggung publik dan akan mengurangi produksi dan daya beli masyarakat. Jika Pemerintah. akan menurunkan pajak, maka daya beli masyarakat akan meningkat dan itu akan meningkatkan inflasi. Pemerintah menganalisis kedua situasi dan akan membuat kebijakan perpajakannya lebih progresif. 2. Kebijakan Pengeluaran Pemerintah Ada sejumlah besar pengeluaran publik seperti pembukaan sekolah pemerintah, perguruan tinggi dan universitas, pembuatan jembatan, jalan, dan rel kereta api baru. Untuk proyek-proyek di atas, pemerintah telah membayar jumlah besar untuk membeli dan membayar upah dan gaji, namun, semua pengeluaran ini dibayarkan setelah disetujui pemerintah. kebijakan pengeluaran yang dilakukan pemerintah dapat menambah atau mengurangi jumlah pengeluaran publik dengan mengubah anggaran. Pemerintah akan memprioritaskan penggunaan dana pada sektor yang sangat penting dan mendesak. 3. Kebijakan Pembiayaan Defisit Jika pengeluaran Pemerintah lebih dari pendapatannya, maka pemerintah. harus mengumpulkan jumlah ini. Jumlah ini defisit dan dapat dipenuhi dengan mengeluarkan mata uang baru oleh bank sentral negara. Tapi, itu akan mengurangi daya beli mata uang. Semakin banyak mata uang baru akan meningkatkan inflasi dan setelah nilai inflasi mata uang akan menurun. Jadi, pembiayaan defisit adalah masalah yang sangat serius di depan pemerintah. Pemerintah harus menggunakannya, jika tidak ada sumber pemerintah lain. penghasilan. 4. Kebijakan Utang Publik Jika pemerintah berpendapat bahwa pembiayaan defisit tidak cukup untuk memenuhi pengeluaran publik atau jika pemerintah tidak menggunakan pembiayaan defisit, maka pemerintah dapat mengambil pinjaman dari bank dunia, atau mengambil pinjaman dari publik dengan cara mengeluarkan surat utang dan obligasi. Tetapi hal ini juga akan meningkatkan biaya utang dalam bentuk bunga yang diatur dan pemerintah harus membayar jumlah pinjaman sesuai tempo yang disepakati. Jadi, pemerintah harus selalu membuat anggaran yang solid untuk ini dan selalu mempertimbangkan jumlah yang diambil sebagai hutang. Kebijakan ini juga dapat digunakan sebagai teknik kebijakan fiskal untuk meningkatkan kas pemerintah. Sumber utang internal termasuk pinjaman pasar, obligasi kompensasi, atau SBN Surat berharga negara. Sumber eksternal termasuk dalam pinjaman dari pasar eksternal, dari lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF IDA, atau rekanan negara lain. 5. Budgetting Kebijakan fiskal beroperasi melalui anggaran atau budgetting. Oleh karena itu, kebijakan ini juga disebut kebijakan anggaran. Istilah anggaran berasal dari kata Prancis βBougetteβ yang berarti tas kulit atau dompet yang digunakan untuk membawa surat kabar keuangan. Anggaran suatu negara adalah instrumen yang berguna untuk menilai fluktuasi ekonomi. Prinsip-prinsip anggaran yang berbeda telah dirumuskan oleh para ekonom, yang dikenal sebagai anggaran tahunan, anggaran berimbang siklus dan anggaran kompensasi terkelola penuh. Baca juga Mengenal Pengertian Manajemen Secara Lengkap dan Mendalam Tujuan Kebijakan Fiskal Peran dan tujuan kebijakan fiskal di berbagai negara berbeda-beda tetapi tujuan utamanya adalah pengelolaan ekonomi melalui pengaruh output agregat PDB riil. Tujuan-tujuan ini berubah seiring dengan tingkat perkembangan ekonomi dan mencakup Tingkat Harga Kebijakan fiskal memastikan tingkat harga yang stabil di seluruh bagian negara dan juga memastikan bahwa biaya dan harga mencapai tingkat di mana tenaga kerja dan produksi telah terpenuhi secara seimbang Mengontrol Inflasi Ketika pengeluaran proyek non-produktif diturunkan atau pajak dinaikkan, maka permintaan barang dan jasa menurun. Akibatnya, kebijakan fiskal bertindak sebagai alternatif yang signifikan untuk mengendalikan laju inflasi. Mendorong Investasi Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk bisnis dan konsumen seperti pengurangan pajak mendorong investasi. Ini memindahkan modal dari sektor yang kurang produktif ke sektor yang lebih produktif, akibatnya memungkinkan sumber daya negara untuk dimanfaatkan sepenuhnya. Mengurangi Kesenjangan Regional Di sebagian besar negara berkembang, beberapa provinsi atau negara bagian mengalami lebih banyak perkembangan daripada yang lain. Oleh karena itu, merupakan tanggung jawab pemerintah untuk memastikan akses ke fasilitas infrastruktur di daerah yang kurang berkembang. Juga, pemerintah mungkin memberikan keringanan pajak pada daerah-daerah yang kurang berkembang untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Meningkatkan Output Industri dan / atau Pertanian Kebijakan fiskal juga dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung sektor-sektor ekonomi tertentu. Sebagai contoh, beberapa kebijakan memiliki dampak langsung pada nilai tanah di sektor pertanian. Juga, sektor pertanian sangat padat modal. Kebijakan fiskal yang baik dapat memengaruhi permintaan relatif dan daya saing ekspor untuk produk pertanian. Oleh karena itu, kebijakan ini dapat digunakan untuk meningkatkan output dari beberapa sektor dalam perekonomian. Mengontrol Konsumsi Suatu negara tidak dapat meningkatkan posisi ekonominya tanpa meningkatkan investasi. Jika tingkat konsumsi naik terlalu cepat, maka tabungan dan investasi otomatis turun. Oleh karena itu, oleh karena itu dibuat kebijakan ini untuk memainkan peran mengawasi tingkat konsumsi. Memastikan Distribusi Sumber Daya yang Setara Daya beli meningkat dengan distribusi sumber daya yang adil di antara berbagai kelas masyarakat. Ini mengarah pada tingkat produksi yang tinggi yang menurunkan tingkat pengangguran. Baca juga 10 Peluang Industri Pariwisata dan Tips Mengembangkannya Jenis Kebijakan Fiskal Kebijakan Fiskal Seimbang kebijakan ini biasanya dilakukan ketika ekonomi tidak dalam resesi atau ekspansi. Jumlah pengeluaran defisit pemerintah kelebihan tidak dibiayai oleh pendapatan pajak kira-kira sama dengan rata-rata dari waktu ke waktu, jadi tidak ada perubahan yang terjadi yang akan berdampak pada tingkat kegiatan ekonomi. Kebijakan Fiskal Ekspansif Kebijakan ini paling banyak digunakan dibanyak negara untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Pemerintah menggunakannya untuk mengakhiri fase kontraksi dari siklus bisnis ketika para pemilih berseru meminta bantuan dari resesi. Pemerintah akan membelanjakan uang lebih banyak, memotong pajak, atau keduanya. Idenya adalah untuk menaruh lebih banyak uang ke tangan konsumen, sehingga mereka membelanjakan lebih banyak. Meningkatnya permintaan memaksa bisnis untuk menambah pekerjaan untuk meningkatkan pasokan. Selalu ada perdebatan tentang hal ini. Pendukung ekonomi sisi penawaran lebih suka pemotongan pajak karena mereka mengatakan itu membebaskan bisnis untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja untuk mengejar usaha bisnis. Pendukung ekonomi sisi permintaan mengatakan belanja tambahan lebih efektif daripada pemotongan pajak. Contohnya termasuk proyek pekerjaan umum, tunjangan pengangguran, dan kupon makanan. Uang masuk ke kantong konsumen, yang langsung membeli barang-barang bisnis. Kebijakan Fiskal Kontraktif Kebijakan lainnya adalah kebijakan fiskal kontraktif, yang jarang digunakan. Tujuannya adalah untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membasmi inflasi. Dampak jangka panjang dari inflasi dapat merusak standar hidup masyarakat akibat resesi. Alat kebijakan yang digunakan secara terbalik. Pajak dinaikkan, dan pengeluaran dipotong. Anda dapat membayangkan betapa tidak populernya hal ini digunakan oleh pemerintah. Hanya pemerintah buruk yang mampu menerapkan kebijakan jenis ini. Kesimpulan Kebijakan fiskal adalah bagian dari kebijakan ekonomi umum pemerintah yang terutama berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran anggaran pemerintah. Semua proyek kesejahteraan diselesaikan di bawah kebijakan ini. Kebijakan Ini juga membuat langkah-langkah untuk mengendalikan fluktuasi ekonomi yang mungkin menjadi kekerasan dan menciptakan gejolak besar dalam struktur sosial ekonomi ekonomi dan menguraikan pengaruh pemanfaatan sumber daya pada tingkat permintaan melalui pengaruh tingkat konsumsi dan pengeluaran investasi. Baca juga Solusi Pembukuan Usaha Laundry Dengan Accurate Online Jika Anda pemilik bisnis, kebijakan ini juga mempengaruhi keberlangsungan bisnis Anda, terutama pada penghitungan pajak bisnis. Anda harus melakukan pembukuan secara terperinci untuk mendapatkan penghitungan pajak terbaik dan tidak terjadi kesalahan. Jika Anda baru memulai bisnis mungkin tidak begitu kesulitan dalam melakukan pembukuan manual secara sederhana dan melakukan penghitungan pajak, namun bagaimana jika perusahaan Anda sudah mulai berkembang dan memiliki transaksi yang perlu Anda hitung besaran pajaknya? Solusi terbaiknya adalah menggunakan software akuntnasi untuk memudahkan proses pembukuan dan penghitungan pajak pada seluruh transaksi bisnis Anda. Gunakanlah software akuntansi yang memiliki fitur penghitungan perpajakan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Anda bisa menggunakan Accurate Online sebagai software akuntansi untuk pencatatan pembukuan sekaligus penghitungan pajak bisnis secara cepat otomatis. Tidak hanya itu, Accurate Online juga memiliki fitur terbaik lainnya seperti penggajian, penghitungan aset, sampai membuat lebih dari 100 jenis laporan keuangan secara otomatis untuk bisnis Anda. Untuk menikmati kemudahan tersebut, Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui Link ini. Lulusan S1 Ekonomi dan Keuangan yang menyukai dunia penulisan serta senang membagikan berbagai ilmunya tentang ekonomi, keuangan, investasi, dan perpajakan di Indonesia Bagikan info ini ke temanmu! Related Posts Page load link