Fungsi adalah sesuatu hal yang menyangkut tujuan pemakainan dalam pandangan luas dan universal. Fungsi berbagai aktivitas yang teinstitusi dalam masyarakat sebenarnya adalah untuk memenuhi keperluan-keperluan yang dikehendaki di dalam sebuah kebudayaan. Seperti dalam mekanismenya, teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi pranata-pranata dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu Lorimer et al, 1991. Di dalam analisis fungsi akan dijelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi-institusi seperti negara, agama, keluarga, aliran, pasar, dan lain-lainnya. Demikian pula tari Galombang daalam kebudayaan Minangkabau, baik di Ranah Minang maupun wilayah rantaunya termasuk Kota Medan, memiliki fungsi- fungsi di dalam masyarakatnya. Fungsi kegiatan atau pertunjukan tari ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam kehidupan sosial dan budayanta. Kebutuhan itu dapat dipenuhi oleh praktik tari Galombang. Misalnya tarian ini memenuhi kebutuhan masyarakat Minangkabau di Kota Medan untuk memelihara tradisi dan adat istiadatnya. Selain itu masyarakat Minangkabau juga dalam konteks Kota Medan yang heterogen secara etnik, agama, golongan, dan lainnya, memerlukan jati diri atau identitasnya agar diakui dan dikenal sebagai orang Minangkabau. Seterusnya dalam upacara perkawinan adat Minagkabau akan menjadi lengkap dan sempurna jika disertai dengan tarian ini beserta musik pengiring, pepatah petitih, busana adat, bahasa Minangkabau, dan lain-lain. Untuk mengkaji fungsi tari Galombang di dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau di Kota Medan ini penulis menggunakan empat teori fungsi yang bagaimana fungsi tari Galombang pada masyarakat Minangkabau, terutama di Kota Medan. Agak berbeda dengan pendekatan yang lazim dipakai oleh para calon sarjana Etnomusikologi FIB USU, yang umumnya menggunakan teori fungsinya Merriam 1964, yang relevan dan lebih sesuai untuk mengkaji fungsi musik, maka dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori fungsi yang terutama digunakan dalam disiplin etnologi tari atau etnokoreologi. Adapun fungsi-fungsi tari Galombang dalam masyarakat Minangkabau di Kota Medan adalah sebagai berikut. Fungsi Tari Galombang Menurut Teori Radcliffe-Brown Seorang pakar fungsionalisme antropologi, yaitu Radcliffe-Brown mengemukakan bahwa fungsi sangat berkaitan erat dengan struktur sosial masyarakat. Dalam kenyataannya adalah struktur sosial itu biasanya akan hidup terus, sedangkan individu-individu dapat berganti setiap saat. Dengan demikian, Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan suatu bahagian aktivitas kepada keseluruhan aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal. Berdasarkan kepada teori fungsi Radcliffe-Brown ini, maka dalam kaitannya dengan tari Galombang pada upacara perkawinan adat Minangkabau dalam kebudayaan Minangkabau di Kota Medan, maka tari ini adalah salah satu aktivitas dari sekian banyak aktivitas etnik Minangkabau, yang tujuannya adalah untuk mencapai harmoni atau konsistensi internal. Tari Galombang dan musik iringannya adalah bahagian dari sistem sosial yang bekerja untuk mendukung tegaknya budaya Secara internal, tari Galombang didukung oleh aspek tarian yang di dalamnya juga terdiri dari penari lelaki dan perempuan, busana, aksesoris, tata rias wajah, gerak-gerak dengan ragam dan polanya, pola lantai, makna gerak, dan seterusnya. tarian ini juga didukung oleh aktivitas musik, yang terdiri dari pemain musik pembawa melodi dan pembawa ritme. Antara tari dan musik terjadi integrasi pertunjukan yang kuat. Kemudian secara eksternal, tarian Galombang dan musik iringannya adalah berfungsi untuk memenuhi ibstitusi sosial lainnya yaitu perkawinan adat. tari dan musiknya menjadi bahagian penting dalam tatanan upacara perkawinan adat Minangkabau itu. Sementara perkawinan ini sendiri adalah isntutusi yang bertujuan atau berfungsi utama untuk melanjutkan generasi manusia Minangkabau. Kemudian dalam tataran yang lebih laus lagi, tari Galombang dan musik iringannya adalah bahagian dari kebudayaan Minangkabau, yang mendasarkan kebijakannya dalam adat. Seperti diketahui bahwa adat Minangkabau adalah berdasar kepada konsep adat basandi syarak, dan syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah, syarak mengata dan adat meakai. Artinya bahwa kebudayaan Minangkabau beradasrkan adat, dan dasar kebudayaan ini adalah wahyu Allah berupa ajaran-ajaran agama Islam. Jadi konsep, kegiatan, dan artefak tari Galombang, adalah bahagian dari adat dan kebudayaan Minangkabau secara umum. Demikian kira-kira fungsi tari Galombang menurut teori yang ditawarkan Radcliffe-Brown. Fungsi Tari Galombang Berdasarkan Teori Kurath Gertrude Prokosch Kurath yang mengemukakan adanya 14 fungsi tari dalam media percintaan, 3 sebagai media persahabatan atau kontak sesial, 4 sarana untuk perkawinan atau pernikahan, 5 sebagai pekerjaan atau matapencaharian, 6 sebagai media untuk sarana kesuburan atas pcrtanian, 7 sebagai sarana untuk perbintangan, 8 sebagai sarana untuk ritual perburuan, 9 sebagai imitasi satwa, 10 sebagai imitasi peperangaa, 11 sebagai sarana pengobatan, 12 sebagai ritual kematian, 13 sebagai bentuk media untuk pemanggilan roh, dan 14 sebagai komedian lawak. Dari empat belas fungsi yang dikemukakan oleh Kurath seperti di atas tersebut, maka salah satu fungsi tari Galombang yang paling utama adalah fungsinya sebagai sarana untuk perkawinan atau pernikahan. Dalam hal ini pernikahan dalam adat Minangkabau secara umum disebut maralek. Banyak tarian di dunia ini yang selalu berkait erat fungsinya dengan pernikahan atau pesta kawin. Dalam kebudayaan Melayu misalnya, tarian zapin atau tarian Rinjis-rinjis selalu dihubungkan dengan perkawinan. Demikian pula di dalam kebudayaan Minangkabau tari Galombang memang selalu dikaitkan fungsi dan identitas estetisnya dengan upacara perkawinan. Tari Galombang itu sendiri adalah mengggambarkan gelombang kehidupan yang nantinya akan ditempuh oleh kedua pengantin dalm biduk rumah tangganya. Dengan demikian sesuai dengan pendapat Kurath tersebut, tari Galombang berfungsi untuk sarana perkawinan atau pernikahan. Fungsi Tari Galombang Berdasarkan Teori Shay Anthony V. Shay dalam disertasinya yang berjudul The Function of Dance in Human Society, membagi tari dalam 6 fungsi, yaitu 1 sebagai refleksi dari organisasi sosial, 2 sebagai sarana ekspresi sekuler serta ritual keagamaan, 3 psikologis, 5 sebagai refleksi nilai-nilai estetik atau murni sebagai aktivitas estetis, dan 6 sebagai refleksi dari kegiatan ekonomi. Jika ditinjau dari teori fungsi tari yang dikemukakan Shay ini, maka tari Galombang dalam kebudayaan Minangkabau adalah sebagai refleksi organisasi sosial Minangkabau. Juga berfungsi sebagai ekspresi ritual keagamaan, hiburan, estetik, dan juga ekonomi. Sebagai refleksi organisasi sosial, jelas bahwa tari Galombang adalah ekspresi masyarakat yang matrilineal. Pada masyarakat yang seperti ini wanita mendapat peran yang cukup menonjol dan tidak menjadi kooptasi dari kaum pria sebagaimana dalam kebudayaan patrilineal. Selain itu, dalam tarian ini tercermin juga refleksi antara pihak pengantin wanita dan keluarganya serta pengantin pria dan keluarganya. Kedua kelompok ini bersinergi dalam mendukung dua insan dari mereka untuk membentuk rumah tangganya. Refleksi itu juga diwujudkan dengan terlibatnya baik penari perempuan maupun penari laki-laki dalam tarian ini. Dengan demikian, tari Galombang adalah refleksi dari kelompok-kelompok sosial di dalam kebudayaan Minahgkabau. FungsinTari Galombang Berdasarkan Teori Narawati dan Soedarsono Sementara pakar tari lndonesia yaitu Narawati dan Soedarsono membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu 1 kategori fungsi tari yang besifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu a fungsi tari sebagai sarana ritual, b fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan c fungsi tari sebagai presentasi estetik, dan 2 kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencaharian Narawati dan Soedarsoso, 2005 Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka fungsi tari Galombang, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder. Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan mata pencaharian. Di dalam aktivitas tari Galombang, maka fungsi tari ini jelas sebagai sarana ritual, yang menjadi baagian penting dan diutamakan dalam setiap upacara memeriahkan perkawinan dalam kebudayaan Mianangkabau. tarian ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari serangkaian upacara adat perkawinan Minangkabau. Selain itu, dalam menarikan tarian ini setiap individu penari diperkenankan membuat gerakan-gerakan yang merupakan kreativitas pribadinya sekaligus sebagai ungkapan dirinya dalam seni. Selain itu di dalam tarian ini juga terkandung fungsi presentasi estetik, artinya melalui tarian ini, setiap penari mengekspresikan keindahan gerakan- gerakan tari yang dipandang estetik menurut tata estetik Minangkabau. Namun demikian, tari ini memiliki fungsi sekundernya yaitu sebagai sarana ekonomis atau mata pencaharian. Disadari atau tidak, walaupun bukan fungsi utama di dalam setiap kegiatan tari Galombang terdapat fungsi ekonomis, setiap penari atau pemusiknya mengharapkan imbalan ekonomis, biasanya berupa uang. Menurut pengamatan yang penulis lakukan selama ini, seorang penari dalam rangka menari tari Galombang memerlukan dana yaitu untuk make up, sanggul, membeli pakaian tari, perlengkapan tata rias, serta kebutuhan hidupnya. Selain itu juga setiap penari tetap mengharapkan rezeki dari jasa ia menari di dalam sebuah pesta perkawinan. Dengan demikian, fungsi tari Galobang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau memang kompleks juga. Ini dapat ditelisik melalui kaitan tari ini dengan berbagai konteks sosial dan budaya, seperti, religi, ekonomi, estetik,
28 Musik tradisional talempong mengiringi pertunjukan teater tradisional. a. ludruk b. lenong c. randai d. bakaba e. wayang golek Jawaban: c 29. Tari piring dan tari galombang diiringi musik. a. gamelan b. talempong c. tifa d. salimpat e. sampek Jawaban: b 30. Talempong merupakan musik tradisional dari. a. Jawa Barat b. Sumatra Barat Dalam konteks kegiatan tari Galombang, ada keterkaitan hubungan antara struktur tari, struktur musik iringan, dan fungsi tari di dalam masyarakat Minangkabau di Kota Medan. Hubungan itu berupa hubungan pertunjukan, yang memiliki bentuk dan siklusnya tersendiri dalam dimensi waktu dan ruang. Seperti diketahui bahwa tari dan musim disatukan dan dikomunikasikan oleh dimensi atau besaran pokok waktu dan ruang. Untuk dimensi waktu, meter musik akan bertemu dengan siklus tari, yang terdiri dari empat jenis ragam yaitu 4 ketukan dasar untuk ragam sambah; 8 ketukan dasar untuk ragam lapiah jarimih; 8 ketukan dasar untuk ragam simpiah dan 4 ketukan dasar untuk galatiak. Jadi keempat ragam tari membutuhkan 24 ketukan dasar. Di sisi lain, musik iringannya terutama bagian ritem yang dibawaan oleh talempong pacik, tasa, dan gandang tambua memang menghasilkan meter dua. Berarti membutuhkan 12 birama untuk mengiringi satu siklus tarian ini, yang secara ostinato terus diulang-ulang sesuai dengan konteks dan fungsinya dalam upacara adat perkawinan Minangkabau. Kalau kita lihat dan kaitkan dengan melodi yang dihasilkan pupuik sarunai, maka satu siklusnya memerlukan ketukan dasar 32. Atau kalau dalam meter empat terdiri dari 8 birama. Jadi antara tari, dengan musik pembawa ritem dan Siklus tari dalam satu bentuk yang terdiri dari empat ragam memerlukan 24 ketukan dasar. Siklus musik pembawa ritem sesuai kebutuhan siklus tari dalam birama 2/4 atau meter 2. Siklus musik pebawa melodi dalam satu bentuk melodi yang diulang-ulang membutuhkan ketukan dasar 32. Sedangkan untuk dimensi ruang disini, bukan mengarah pada halnya ākamarā, namun lebih mengarah pada suatu penggambaran terhadap identitas. Hal ini dilihat mulai dari susunan, gerak-gerakan sampai kepada pengenaan kostum yang terbentuk dari tari Galombang menggambarkan identitas masyarakat Minangkabau, bahkan kepada kegunaan dan fungsi pada tari Galombang ini seperti yang di jelaskan di bagian sebelumnya. BAB V PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, penulis menyimpulkan dari pembahasan dari hasil penelitian yang penulis lakukan. Keberadaan tari Galombang telah dikenal di Kota Medan yang dibawa oleh masyarakat Minangkabau yang melakukan perantauan dengan berbagai alasan. Dilestarikan melalui salah satu sanggar Tigo Sapilin di Medan, Sumatera Utara. Tari Galombang yang dipertunjukkan oleh sanggar Tigo Sapilin tidak jauh berbeda dengan yang ada di daerah asal mereka, Sumatera Barat, yang gerakan tariannya diambil dari gerakan magek ataupun bungo silek,yaitu gerakan variatif yang bersumber dari gerakan pencak silat Minangkabau yang pada dasarnya bersifat cekatan dan tegas yang ditarikan oleh 3 orang laki-laki dan 6 penari perempuan. Tari ini diiringi oleh musik Galombang yang menggunakan instrumen musik berupa satu buah tasa, dua buah gandang tambua, satu buah puput serunai, dan satu set talempong pacik. Tari Galombang merupakan salah satu jenis tarian masyarakat Minangkabau yang sudah mereka praktikkan di dalam kegiatan kehidupan sehari-hari dan berkembang dan terintegrasi menjadi identitas mereka. Bahkan hingga dewasa ini pesta perkawinan di kalangan anggota masyarakat Minangkabau, baik di kampung halaman mereka di Sumatera Barat, maupun di kota Medan. Kedudukan tari Galombang ini dalam setiap upacara mengalami pergeseran dari zaman dulu, yang dimana saat dulu tari ini penting digunakan dalam upacara perkawinan masyarakat Minangkabau, namun dalam penerapan di masa sekarang adalah sebagai salah satu pelengkap atau bisa dikatakan penyemaraknya upacara perkawinan. Jika tari ini tidak ditampilkan, upacara akan tetap terlaksana. Namun terasa kurang lengkap jika kesenian tradisional ini tidak ditampilkan. Berfungsi sebagai tanda penyambutan marapulai beserta keluarga dan juga sebagai tanda sukacita dari pihak anak daro. Konsep tari Galombang kurang lebih sama di seluruh satuan sosial Minangkabau, yakni pola-pola gerakan yang diambil dari gerakan bungo silek. Tiap kelompok penari di dalam anggota masyarakat Minangkabau menciptakan berbeda-beda ragam gerakan dalam strukturnya, namun dalam pola gerakannya semua sama, berdasarkan pola gerakan yang sudah tradisi adat dari dulunya. Dalam penyajiannya, memerlukan keahlian agar dapat bergerak, gerakan-gerakan kaki dan tangan saling di gerakkan yang begitu di perhatikan. Gerakan kaki dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah, sedangkan gerakan tangan dilakukan dengan gerakan-gerakan kasar yang identik dengan kekhasan masyarakat Minangkabau. Dimana semua makna yang terkandung di dalam gerakan-gerakan tersebut mempunyai fungsi bagi masyarakat Minangkabau. terhadap antar penari. Tiap peralihan atau perubahan gerakan yang ada sesuai dengan ketukan tempo musik pengiringnya. Persiapan kostum dan tata rias yang digunakan sangat diperlukan oleh penari dan pemusik untuk mendukung pertunjukan yang mereka sajikan di lapangan. Dimana penggunaan kostum dalam pertunjukan memiliki symbol- simbol tersendiri. Lewat pertunjukan tari Galombang ini mengekspresikan perasaan dan semua pengalaman lingkungan yang subjektif. Eksistensi iringan musik dalam tari Galombang ini sangatlah penting, karena dalam konteksnya tari ini mengikuti musik. Dimana sebagai pembentuk suasana dan juga untuk memperjelas tekanan-tekanan gerak, sehingga tari dapat dinikmati secara keseluruhan dengan baik. Dimana Siklus tari dalam satu bentuk yang terdiri dari empat ragam memerlukan 24 ketukkan dasar. Siklus musik pembawa ritem sesuai kebutuhan siklus tari dalam birama 2/4 atau meter 2. Siklus musik pebawa melodi dalam satu bentuk melodi yang diulang-ulang membutuhkan ketukan dasar 32. Dilihat dari segi fungsi tari Galombang ini memiliki banyak fungsi, yaitu sebagai suatu sumbangan bahagian aktivitas kepada keseluruhan aktivas di dalam sistem sosial masyarakatnya, sebagai sarana untuk perkawinan atau pernikahan, sebagai refleksi organisasi sosial Minangkabau, begitu juga sebagai ekspresi ritual keagamaan, hiburan, estetik, dan ekonomi. Dalam konteks kegiatan tari Galombang, ada keterkaitan hubungan antara Minangkabau di Kota Medan. Hubungan itu berupa hubungan pertunjukan, yang memiliki bentuk dan siklusnya tersendiri dalam dimensi waktu dan ruang. Saran Tari Galombang sebagai salah satu kesenian tradisional masyarakat Minangkabau yang kini telah berkembang di luar daerah asalnya, khususnya kota Medan. Kesenian ini berbaur dengan kesenian yang ada di daerah tempat perantauan, yang tentu saja akan mendapat pengaruh dari kesenian yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, sebagai upaya pelestariannya diperlukan wadah seperti sanggar Tigo Sapilin yang memiliki kesadaran untuk menjaga kesenian tradisional ini. Para generasi muda diharapkan untuk berperan aktif dalam menjaga kelangsungan kesenian daerahnya. Ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi melalui pertunjukan kesenian tradisi yang sering diadakan untuk membiasakan mereka mengenalnya. Rasa kesadaran dan cinta akan kesenian tradisional merupakan kunci permasalahannya. Penulis juga menyadari bahwa penelitian yang baru merupakan tahap awal ini masih banyak memiliki kekurangan dan perlu mendapatkan penyempurnaan. Penelitian ini hanyalah sebahagian kecil permasalahan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu penulis menyarankan dan mengharapkan kepada siapa saja yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, dokumentasi data mengenai kebudayaan musical yang berkaitan dengan Minangkabau. Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu DAFTAR PUSTAKA Blacking, John. 1984. āDance as Cultural System and Human Capability An Anthropological Perspective.ā dalam buku Dance, A Multicultural Perspective. Report of the Third Study of Dance Conference, ed. J. Adshead, 4-21 Guildford. University of Surrey. 1985. āMovement, Dance, Music, and Venda girlās Laitationā dalam buku Society and Dance. Cambridge University Press. Djelantik. 1990. Estetika, Sebuah Pengantar. Bandung Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 2004. āStudia Kulturaā dalam buku Jurnal Ilmiah Ilmu Budaya. Gunawan, Hery. 2005. Analisi Musik Galombang Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kota Medan, Skripsi Etnomusikologi USU. Hutagalung, Flora. 2009. Analisis Pertunjukan Tari Piring pada Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Minangkabau di Kota Medan, Skripsi Etnomusikologi USU. Lorimer, Lawrence T. et al., eds.. 1991. Encyclopedia of Knowledge Volume 8. Danbury, Connecticut Grolier Incorporated. Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta PT. Rineka Cipta. Maleong. 1908. Metode Penelitian. Jakarta Gramedia. Malm, Wiliam P., 1977. Music Cultures of Pacific, Near East, and Asia. Englewood Cliffs, New Jersey Prentice Hall. Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Chicago North Western University Press. Navis, 1986. Alam Terkembang Jadi Guru Adat Kebudayaan Minangkabau. Jakarta Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Etnomusicology. New York The Pree Press. Sachs, Curt. 1963. World History of the Dance. California University of California. 1993. World History of The Dance. New York The Norton Library. Siagian, Rizaldi. 1995. āEtnomusikologiā Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Surakarta Yayasan Bentang Budaya. Sinar, Luckman. 1996. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian malayu. Medan Perwira. Soedarsono. 1978. Komposisi Tari. Yoyakarta ASTI Soekanto, Soerjono. 1993. Faktor ā Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta Raja Grafindo Persada. Wimbrayardi. 1989. Analisis Ritem Musik Adok Pengiring Tari Bentan. Medan, Skripsi Sarjana Sastra USU. Internet